Kampung Lali Gadget Apakah Cocok untuk Bermain Anak ADHD?
Beberapa waktu yang lalu saya menemukan artikel menarik di internet yang membahas tentang Kampung Lali Gadget, sebuah konservasi budaya yang didirikan oleh Achmad Irfandi tahun 2018, di sebuah desa bernama Desa Pagerngumbuk, yang berlokasi di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur.
Satu artikel tersebut sukses membuat saya penasaran. Selanjutnya saya pun mencoba mencari tahu lebih jauh mengenai Achmad Irfandi dan juga Kampung Lali Gadget yang dibangunnya.
Ternyata, Achmad Irfandi adalah pemuda setempat yang membangun Kampung Lali Gadget karena merasa kasihan dengan anak-anak di kampungnya yang banyak kecanduan gadget.
Menariknya, ide Achmad Irfandi dalam mendirikan Kampung Lali Gadget ini mendapatkan apresiasi dari pihak Astra yang kemudian memilih Achmad Irfandi sebagai pemenang penghargaan SATU Indonesia Awards ke-12 pada tahun 2021.
SATU Indonesia Awards yang diadakan oleh Astra ini akan saya coba bahas nanti. Karena saya yakin, pasti banyak diantara kalian yang juga sama penasarannya seperti saya dengan ajang penghargaan bergengsi di Indonesia ini.
Yuk, kita lanjut…
Sebagai orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, sebut saja ADHD, saya seringkali mencari tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat bermain untuk anak-anak spesial seperti Ezio.
Salah satu tempat bermain yang ideal untuknya adalah area terbuka. Karena berbagai permainan yang dilakukan di luar ruangan atau di alam bebas seperti menjelajah, bisa membantu anak berkebutuhan khusus mengembangkan berbagai keterampilan.
Beberapa contoh tempat bermain yang cocok dijadikan sebagai tempat untuk melatih keterampilan sosial dan komunikasi anak-anak spesial adalah tempat bermain yang tidak melibatkan gadget.
Kebetulan, di Kampung Lali Gadget menyediakan tempat bermain yang sangat cocok untuk melatih keterampilan sosial dan komunikasi anak-anak spesial.
Di sana, anak-anak hanya akan diajak bermain tanpa melibatkan gadget. Mulai dari, permainan menangkap ikan di dalam kolam dan berbagai permainan seru lainnya yang juga bisa dilakukan di dalam kolam.
Selain itu, Kampung Lali Gadget juga menyediakan berbagai bentuk permainan olahraga yang sangat cocok dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan sosial dan meningkatkan harga diri serta pengaturan emosi anak.
Ketika saya membaca artikel tentang Kampung Lali Gadget dan melihat berbagai aktivitas yang bisa dilakukan di sana, saya berharap konservasi budaya seperti ini ada di dekat rumah, supaya saya bisa sering-sering datang ke sana sama Ezio.
Bayangkan aja, selain punya banyak permainan tradisional yang seru-seru, di sana juga ada berbagai permainan yang menurut saya sangat bagus untuk perkembangan motorik anak, seperti:
- Bermain tanah liat. Misalnya untuk membentuk berbagai bentuk benda, patung, pot, tempayan, dll
- Tersedia juga kegiatan melukis dengan jari
- Kegiatan bermain di air, termasuk kegiatan berkebun dan bermain di area persawahan. Dan,
- Ada juga berbagai macam permainan teka-teki
Pokoknya, semua permainan-permainan yang ada di sini benar-benar merupakan impian bagi setiap orang tua yang punya anak spesial seperti saya.
Sekarang, saya akan membahas sedikit tentang sejarah berdirinya Kampung Lali Gadget dan tujuannya. Karena menurut saya, tempat-tempat seperti ini perlu banget diperbanyak. Apalagi jika kita melihat manfaatnya yang sangat luar biasa, khususnya bagi anak-anak di era gadget seperti sekarang ini.
Sejarah Berdirinya Kampung Lali Gadget
Melihat anak-anak yang bermain gadget merupakan pemandangan sehari-hari di banyak tempat, tidak terkecuali di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, yang menjadi Desa tempat tinggal Achmad Irfandi.
Meskipun gadget memang membawa banyak manfaat, tapi karena tidak didampingi dan tidak diberi literasi, maka anak-anak yang bermain gadget akhirnya tak terkontrol dan justru merugikan mereka.
Inilah yang memantik Achmad Irfandi bersama kawan-kawannya untuk membangun sebuah tempat yang bisa digunakan sebagai tempat untuk digital detox.
“Saya dibantu teman saya Mas Miko. Kita undang komunitas-komunitas, kawan-kawan yang bergelut di dunia literasi dan sebagainya. Konsepnya sederhana sih, digital detox. Yaitu mendetoksifikasi pengaruh internet itu. Karena selain positif, ternyata hp juga punya dampak negatif, adanya internet, sosial media, dan game online,” kata Irfandi saat menceritakan Awal mula berdirinya Kampung Lali Gadget di Pendopo Yayasan.
Setelah mendapatkan pinjaman lahan. Lahan tersebut kemudian dibangun sebagai area bermain dengan konsep semi terbuka. Achmad Irfandi dan rekan-rekan komunitas lalu memenuhi tempat tersebut dengan berbagai permainan tradisional agar bisa menarik minat anak-anak untuk datang bermain.
Sayangnya, minat anak-anak untuk bermain di Kampung Lali Gadget pada awalnya sangat minim. Mau tidak mau, Mas Irfandi pun aktif datang ke sekolah-sekolah yang ada di sekitar desanya untuk mengundang para murid agar mau datang bermain di Kampung Lali Gadget.
Usaha tersebut perlahan mulai membuahkan hasil. Dari yang semula hanya beberapa anak, lambat laun seiring dengan semakin terkenalnya Kampung Lali Gadget, semakin banyak anak yang datang bermain.
Saat mengenang masa-masa awal mendirikan Kampung Lali Gadget, Achmad Irfandi bercerita bahwa, ia dan kawan-kawannya mencoba berbagai cara. Termasuk, membuat acara setiap 2 bulan sekali dengan mengundang anak-anak untuk bermain di kebun, di sawah, atau di sekitar pendopo.
Tujuan utamanya adalah untuk mengenalkan Kampung Lali Gadget sebagai tempat bermain yang menyenangkan meski tanpa gadget.
“Saya ingin lebih memberi kesempatan anak-anak bermain dan punya pilihan permainan. Mereka kecanduan main game itu karena tidak punya pengetahuan soal permainan, tidak ada yang ngajak, dan kurangnya pilihan permainan,” tambahnya.
Untuk menghindari agar anak-anak tidak merasa bosan datang ke Kampung Lali Gadget, Achmad Irfandi mencoba memvariasikan permainan setiap akhir pekan.
Misalnya, di pekan pertama, Kampung Lali Gadget akan mengadakan permainan yang fokus pada dedaunan, kemudian pekan selanjutnya akan ada permainan yang fokus pada batang pohon atau air, atau berbagai permainan lainnya yang memanfaatkan apa saja yang ada di alam. Termasuk, bermain tangkap lele di sawah, bermain lumpur, bermain dengan berbagai jenis buah-buahan, membuat kincir angin, bermain dengan kerikil atau bebatuan, hingga bermain dengan biji-bijian.
Setelah mulai banyak dikenal oleh masyarakat, selanjutnya perkembangan Kampung Lali Gadget semakin pesat.
Kehadiran Kampung Lali Gadget juga tidak hanya berdampak bagi anak-anak yang mulai tarik untuk bermain di sana, tapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya yang terlibat maupun tidak terlibat secara langsung.
Hanya dalam kurun waktu 3 tahun sejak didirikan, Achmad Irfandi sudah mendapatkan banyak penghargaan dan apresiasi dari berbagai pihak, termasuk diantaranya adalah dari Astra Group melalui program Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards pada tahun 2021.
Achmad Irfandi adalah 1 diantara 11 finalis SATU Indonesia Awards yang menyisihkan 13.148 pendaftar lainnya.
Hingga saat ini, Achmad Irfandi masih terus berusaha mengembangkan Kampung Lali Gadget sebagai tempat bermain yang edukatif serta menyenangkan bagi anak-anak. Ia berharap, KLG bisa memberikan dampak signifikan bagi perkembangan generasi penerus bangsa ini tanpa budaya dan berbagai kearifan lokal yang sarat akan nilai-nilai edukasi dan nilai-nilai luhur khas bangsa Indonesia.