Mulai Berpikir Tentang Inner Child
Healthy

Mulai Berpikir Tentang Inner Child

Inner Child? Apa sih itu pikirku. Istilah inner child memang bukan pertama kali aku dengar. Aku sering mendengar istilah ini dalam seminar-seminar, maupun les yang ku ikuti. Namun aku merasa, kayaknya aku ga butuh menyelami deh, aku sudah beres koq.

Masa Kecilku

Flashback ke masa kecilku, aku bisa menganggap masa kecilku hingga menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah periode terindahku dalam kehidupan ini. Aku mendapat kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuaku. Aku merasakan kasih sayang yang tulus baik dari Papa maupun Mamaku.

Aku bahkan merasa kebutuhanku sangat diperhatikan oleh mereka, terutama oleh Papaku. Memang aku pernah bersiteru dengan Papaku, ketika aku minta untuk bersekolah di Jakarta karena keinginanku untuk menjadi seorang atlit Bulutangkis. Yah, dulu aku tinggal di Jayapura, Papua karena Papa dinas di sana. Namun di kala itu aku bisa menerima kekhawatiran Papaku, toh aku masi diperbolehkan untuk tetap bermain dan berlatih bulutangkis di Jayapura.

Rumah Masa KecilkuKetika duduk di Sekolah Dasar (SD) aku memang pernah mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dari sebagian teman-teman. Perlakukan tersebut berupa bully-an karena dulu aku mempunyai ukuran tubuh di atas rata-rata anak normal. Namun dulu aku merasa tidak terlalu terganggu, karena sifat dasarku yang serba cuek di saat SD.

Beranjak SMP, aku mulai merasa tidak nyaman dengan ukuran tubuhku. Aku mulai melakukan diet. Dan Alhamdulillah, orang tuaku pun sangat mendukung asal melakukan diet sehat. Papaku menyarankan aku untuk konsultasi ke dokter agar diet yang aku lakukan tidak salah, semantara mamaku membantuku untuk mengatur makanan yang aku konsumsi.

Seperti semua berjalan perfectly. Semua usahaku yang didukung oleh Papa dan Mama berbuah hasil. Lulus dari Sekolah Menengah Pertama ( SMP) tubuhku sudah hamper ideal. Aku juga masih rajin berolah raga. Sehingga saat masuk Sekolah Menengah Atas (SMA), sudah mulai banyak yang mendekatiku. Semua aku ceritakan dengan ke Papa dan Mamaku. Mereka berpesan “selama pertemanan itu tidak menggangu sekolahmu, silahkan dijalankan. Asal jangan ke arah negatif” .

Perubahan Kehidupan

Pergeseran kehidupan sedikit terasa ketika aku harus pindah ke kota lain karena Jayapura saat itu tidak kondusif. Namun yang pindah hanya aku, mama dan adikku. Yah, hidup terpisah dari Papa ternyata lumayan berdampak. Mungkin karena Mama jadi pegang kendali seorang diri. Jadi aku merasa Mama tidak se-“asyik” ketika aku di Jayapura.

Kehidupanku tetap berjalan dengan sebagaimana mestinya. Cuma bedanya aku sudah tidak terlalu terbuka lagi ke Mama, karena kami sering berbeda pendapat.  Akhirnya aku berhasil lulus SMA di Makassar, lalu melanjutkan kuliah di Surabaya yang terpisah baik dari Papa dan juga Mama.

Aku menjalani pendidikan dan kehidupanku secara mandiri. Aku sanggup. Aku mendapatkan pekerjaan yang sesuai, serta saat ini aku sudah mempunyai anak dari seorang pria pilihanku.

perbedaan kehidupanBerpikir Tentang Inner Child

Hingga suatu ketika, melalui komunitas ISB ada bahasan tentang Inner Child. Aku bertanya ke diriku sendiri, apakah aku ada inner child? Toh, aku bissa mengemas pengalaman masa kecilku menjadi hal yang manis.

Nah untuk menjawab pertanyaanku sendiri, aku mengikuti webinar tentang inner child ini. Paling tidak aku bisa paham dan  aware, sehingga tidak terlambat untuk aksi selanjutnya. Sabtu 19 Maret 2022 menjadi hari pilihanku untuk ikut webinar dari Teh Diah dan Pak Dandy ( Dandiah Care Center ) membahas tentang “Bertemu Dengan Inner Child”

Inner Child Itu Apa?

Pertanyaan ini yang terngiang-ngiang di kepalaku, sebenarnya inner child bagaimana si itu? Teh Diah menjelaskan bahwa inner child itu merupakan peristiwa di masa kecil, baik peristiwa yang baik maupun yang buruk, di mana keduanya mempengaruhi kepribadian seseorang hingga kini. Sehingga ada perang luka batin.

Pengertian Inner ChildLalu bagaimana untuk mengenalinya. Ini ciri-ciri inner child dalam diri kita :

  1. Tidak mempunyai kepercayaan diri
  2. Kompetitif yang berlebihan
  3. Mudah terasa takut
  4. Merasa selalu salah
  5. Memiliki emosi yang tidak stabil

Nah dengan penjelasan ini aku kembali memutar ulang film masa kecilku. Untuk menemukan “kenapa sih aku ini”. teh Diah juga menjelaskan bagamana cara mengatasinya. Maka cara mengatasi inner child ini adalah belajar ilmu membasuh luka pengasuhan :

  1. Kuratif -> Terapi pemulihan jiwa ( self healing therapy )
  2. Preventif -> mencari cara agar tidak terjadi luka lagi dalam pengasuhan yang ditereapkan

Untuk menambah pemahamanku aku berencana membeli buku-buku terkait ini yang kemarin teh Diah rekomendasikan. Bila ternyata ada yang “tidak beres”  dengan diriku, maka aku berencana untuk mengunjungi Dandiah Care Center.

Dandiah Care Center

Silahkan tinggalkan jejak, tapi jangan link hidup yahh :)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *